Kamis, 15 Desember 2016

Bekasi Disebut Sarang Teroris?

Bekasi Disebut Sarang Teroris?

Sepanjang 2016, beberapa kali Densus 88 Antiteror Mabes Polri melakukan penangkapan terduga teroris di Bekasi. Penangkapan terbaru dilakukan terhadap perempuan calon pengantin bom, Dian Yulia Novi, di rumah kosnya pada Sabtu, 10 Desember 2016.
Petugas menemukan bom seberat tiga kilogram dengan daya ledak tinggi. Bom itu terbuat dari benda menyerupai penanak nasi. Selain Dian, polisi juga menangkap dua orang pria, masing-masing Nur Solihin, dan Agus Supriyadi di Kalimalang.
Sementara, menurut Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bekasi, Momon Sulaiman, lembaganya yang tergabung dalam Komite Intelijen Daerah (Kominda) sudah bekerja maksimal untuk mendeteksi orang yang dicurigai dalam gerakan radikal.
"Bekasi ini kan daerah urban, jadi banyak pendatang baru," kata Momon. Menurut dia, pihaknya tak bisa berbuat banyak kepada orang-orang yang dicurigai bagian dari kelompok radikal tersebut. Alasannya, penindakan harus disertai dengan alat bukti yang cukup.
Selain itu, sejumlah  pengamat menyebut wilayah Kota Bekasi sebagai sarang teroris. Salah satu alasannya adalah faktor kedekatan historis antar Bekasi dengan induk kelompok Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). 
Bahkan pengaruh kelompok terlarang itu di Bekasi dinilai lebih kental dibanding di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. “Sel ideologi itu sulit dihilangkan. Terutama yang menyangkut ideologi DI/TII,” kata Pengamat Terorisme, Al Chaidar.
Selain itu, lanjut dia, Bekasi juga menjadi tempat strategis bagi penganut paham radikal lantaran letak geografis. Karena kata dia, wilayah itu berdekatan dengan Jakarta dan Jawa Barat. “Wilayah Bekasi akhirnya dipilih sebagai akses yang paling mudah untuk memobilisasi,” ucapnya.
Dan hal itu dibuktikan, belum lama ini beberapa pekan terakhir Detasemen Khusus 88 (Densus) Antiteror Mabes Polri menahan tujuh orang terduga teroris di tiga kecamatan di wilayah Kota Bekasi. Adapun ketiga lokasinya di Kecamatan Medansatria, Rawalumbu dan Mustikajaya, dan terakhir di Bintara Jaya.
Chaidar menilai, paham radikalisme cenderung menyasar masyarakat yang hidup dengan latarbelakang ekonomi menengah ke bawah. Alasannya, golongan masyarakat itu minim pengetahuan sehingga mudah dipengaruhi. “Masyarakat golongan ini juga terpaksa masuk ke kolompok itu karena ingin berubah nasib. Karena biasanya, mereka akan mendapat jaminan hidup dari kelompoknya,” kata Chaidar.

Berikut penangkapan terduga teroris di Bekasi oleh Densus 88 sepanjang 2016.

1.    15 Januari 2016, Densus 88 menangkap pasangan suami-istri di sebuah rumah kontrakan di Kelurahan Bojongrawalumbu, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi. Penangkapan itu berkaitan dengan bom Sarinah di Jakarta.
2.    15 Januari 2016, Densus 88 menangkap tiga orang laki-laki dari sebuah rumah kontrakan di Kelurahan Padurenan, Kecamatan Mustikajaya. Mereka yang ditangkap baru empat hari mengontrak rumah di wilayah tersebut. 
3.    28 September 2016 Densus 88 menyergap Agus alias Abu Fauzan di Jalan Raya Mustikasari, Mustikajaya, Kota Bekasi. Agus merupakan pendatang tinggal selama dua tahun di Kampung Kelapa 2 RT 1 RW 8, Kelurahan Padurenan.
4.    18 November 2016, Densus 88 Antiteror menangkap lima orang laki-laki terduga teroris di Desa Lubang Buaya, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi. Mereka baru sepekan mengontrak dua rumah.
5.    10 Desember 2016, Densus 88 menangkap tiga orang terduga teroris di Bintara Jaya, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi. Mereka adalah Dian Yulia Novi, Agus Supriyadi, dan Nur Solihin. Petugas menemukan bom siap ledak seberat 3 kilogram.
Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar