Kamis, 15 Desember 2016

Dialog = Bersama Menamai Dunia

Dialog = Bersama Menamai Dunia
Dialog adalah perjumpaan antarmanusia, dimediasi oleh dunia, dalam rangka menamai dunia (Freire, 1970: 88). Menamai dunia dimaknai sebagai mengkonfirmasi segala ciptaan Tuhan dengan merekreasinya melalui kata-kata sejati dari dalam diri melalui proses mencari , dan terus mencari. Karena itu, dialog tidak dapat terjadi antara mereka yang ingin menamai dunia dan mereka yang tidak ingin menamai dunia. Mereka yang ingin menamai dunia adalah mereka yang berada pada level epistemologi, mereka adalah pencari ilmu, mereka mencintai perubahan dan bahagia dengan pencarian itu. Bagi mereka, dunia perlu dinamai secara otentik melalui dialog-dialog. Sedangkan mereka yang tidak berselera menamai dunia adalah mereka yang pasif reaktif.mereka yang pasif hanya menerima penamaan dunia dari para penguasa, kata-kata tentang dunia menurut mereka tidak perlu dicari, sedangkan mereka yang reaktif berusaha mengagungkan kata-katanya sendiri dan membungkam mulut orang lain untuk berkata-kata,mereka anti-dialog.dalam perspektif pendidikan Freire, guru dan murid berdiri sejajar, guru memurid dan murid mengguru, mereka berjalan beriringan sebagai seoring pencari, penyuka dialog, bukan polemik, mereka menamai dunia melalui untaian kata-kata yang sejati, kata-kata yang mengubah dunia.
Pendidikan Freire yang dialogis banyak ditujukan menggerakkan masyarakat yang masih berkesadaran naif, magis, atau fanatik menuju ke kesadaran kritis, memfasilitasi mereka untuk dapat mengintervensi proses histori. Caranya:
a)      Dengan metode aktif, dialogis, menstimuli-kritisme dan kritis;
b)      Dengan isi program pendidikan yang dinamis;
c)      Dengan penggunaan teknik-teknik seperti “penguraian” tematik dan “kodifikasi”.

Metode ini didasarkan atas dialog, yang merupakan perhubungan antarorang secara horisontal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar