Dialog = Bersama Menamai Dunia
Dialog adalah perjumpaan antarmanusia, dimediasi oleh dunia,
dalam rangka menamai dunia (Freire, 1970: 88). Menamai dunia dimaknai sebagai
mengkonfirmasi segala ciptaan Tuhan dengan merekreasinya melalui kata-kata
sejati dari dalam diri melalui proses mencari , dan terus mencari. Karena itu,
dialog tidak dapat terjadi antara mereka yang ingin menamai dunia dan mereka
yang tidak ingin menamai dunia. Mereka yang ingin menamai dunia adalah mereka
yang berada pada level epistemologi, mereka adalah pencari ilmu, mereka
mencintai perubahan dan bahagia dengan pencarian itu. Bagi mereka, dunia perlu
dinamai secara otentik melalui dialog-dialog. Sedangkan mereka yang tidak
berselera menamai dunia adalah mereka yang pasif reaktif.mereka yang pasif
hanya menerima penamaan dunia dari para penguasa, kata-kata tentang dunia
menurut mereka tidak perlu dicari, sedangkan mereka yang reaktif berusaha
mengagungkan kata-katanya sendiri dan membungkam mulut orang lain untuk
berkata-kata,mereka anti-dialog.dalam perspektif pendidikan Freire, guru dan
murid berdiri sejajar, guru memurid dan murid mengguru, mereka berjalan
beriringan sebagai seoring pencari, penyuka dialog, bukan polemik, mereka
menamai dunia melalui untaian kata-kata yang sejati, kata-kata yang mengubah
dunia.
Pendidikan Freire yang dialogis banyak ditujukan menggerakkan
masyarakat yang masih berkesadaran naif, magis, atau fanatik menuju ke
kesadaran kritis, memfasilitasi mereka untuk dapat mengintervensi proses
histori. Caranya:
a) Dengan metode
aktif, dialogis, menstimuli-kritisme dan kritis;
b) Dengan isi
program pendidikan yang dinamis;
c) Dengan
penggunaan teknik-teknik seperti “penguraian” tematik dan “kodifikasi”.
Metode ini didasarkan atas dialog, yang merupakan perhubungan
antarorang secara horisontal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar