Penerapan Teori Piaget dalam Pembelajaran Matematika
1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Untuk mengembangkan kemampuan
matematika anak di tahap ini, kemampuan anak mungkin ditingkatkan jika dia
cukup diperbolehkan untuk bertindak terhadap lingkungan. Anak – anak pada tahap
sensorimotor memiliki beberapa pemahaman tentang konsep angka dan menghitung.
Misalnya: Orang tua dapat membantu anak- anak mereka menghitung dengan jari,
mainan dan permen. Sehingga anak dapat menghitung benda yang dia miliki dan
mengingat apabila ada benda yang ia punya hilang.
2. Tahap persiapan operasional ( 2 -7
tahun)
Piaget membagi perkembangan kognitif
tahap persiapan operasional dalam dua bagian:
a. Umur 2 – 4 tahun
Pada umur 2 tahun, seorang anak mulai
dapat menggunakan symbol atau tanda untuk mempresentasikan suatu benda yang
tidak tampak dihadapannya. Penggunaan symbol itu tampak dalam 4 gejala berikut:
1) Imitasi tidak langsung. Menurut
Wadsworth (dalam Paul Suparno, 2001:51), Anak mulai dapat menggambarkan suatu
hal yang sebelumnya dapat dilihat, yang sekarang sudah tidak ada. Dengan kata
lain, ia mulai dapat membuat imitasi yang tidak langsung dari bendanya sendiri.
Contohnya: Bola sesungguhnya dalam bentuk bola plastik.
2) Permainan simbolis
Dalam permainan simbolis, seringkali
terlihat bahwa seorang anak berbicara sendirian dengan mainannya. Misalnya:
Jika si anak merasa senang dengan bola, maka ia akan bermain bola – bolaan.
Menurut Piaget, permainan tersebut merupakan ungkapan diri anak dalam
menghadapi masalah, suasana hati, ketakutan dan lain – lain
3) Menggambar
Menggambar pada tahap pra operasional
merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur
permainan simbolisnya terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang
sedang menggambar. Unsur gambaran mentalnya terletak pada usaha anak untuk
mulai meniru sesuatu yang real.
4) Gambaran mental
5) Gambaran mental adalah penggambaran
secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Pada tahap ini, anak
masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam menggambarkan kembali gerakan
atau transformasi yang ia amati.
b. Umur 4 – 7 tahun (pemikiran intuitif)
Pada umur 4 – 7 tahun, pemikiran anak
semakin berkembang pesat. Tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih
mengalami operasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran atau
penalaran yang tidak logis. Contoh: Terdapat 20 kelereng, 16 berwarna merah dan
4 putih diperlihatkan kepada seorang anak dengan pertanyaan berikut: “Manakah
yang lebih banyak kelereng merah ataukah kelereng-kelereng itu?”
·
A
usia 5 tahun menjawab: “lebih banyak kelereng merah.”
·
B
usia 7 tahun menjawab: “Kelereng kelereng lebih banyak daripada kelereng yang
berwarna merah.” Tampak bahwa A tidak mengerti pertanyaan yang diajukan,
sedangkan B mampu menghimpun kelereng merah dan putih menjadi suatu himpunan
kelereng atau dapat disimpulkan bahwa anak masih sulit untuk menggabungkan
pemikiran keseluruhan dengan pemikiran bagiannya. Contoh lain, seorang anak
dihadapkan dengan pertanyaan: “Manakah yang lebih berat 1 Kg kapas atau 1 Kg
besi?”. Anak tersebut pasti menjawab 1 Kg besi tanpa berpikir terlebih
dahulu.
3. Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)
Tahap operasi konkret dicirikan
dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan – aturan
tertentu yang logis. Tahap operasi konkret ditandai dengan adanya system
operasi berdasarkan apa- apa yang kelihatan nyata/konkret. Anak masih mempunyai
kesulitan untuk menyelesaikan persoalan yang mempunyai banyak variabel. ya.
Misalnya, bila suatu benda A dikembangkan dengan cara tertentu menjadi benda B,
dapat juga dibuat bahwa benda B dengan cara tertentu kembali menjadi benda A.
Dalam matematika, diterapkan dalam operasi penjumlahan (+), pengurangan (-),
urutan (<), dan persamaan (=). Contohnya, 5 + 3 = 8 dan 8 – 3 = 5
Pada umur 8 tahun, anak sudah
memahami konsep penjumlahanyang sterusnya berlanjut pada perkalian. Misalnya
guru memberikan soal kepada siswa mengenai perkalian.
Guru: “Berapa 8 × 4, Dony?”
Dony: “ 32 Pak!”
Pada umur 9 tahun, penalaran anak
masih cenderung tidak dapat menghubungkan suatu rangkaian atau gagasan yang
terpisah dalam suatu keseluruhan yang masih kurang jelas.
Contohnya dalam menyelesaikan
persoalan berikut:
Rambut Tina (T) kurang gelap daripada
rambut Sinta (S). Rambut Tina (Ts) lebih gelap daripada rambut Lily (L). Rambut
siapa yang lebih gelap?
4. Tahap operasi formal (11 tahun
keatas)
Pada tahap ini, anak sudah mampu
berpikir abstrak bila dihadapkan kepada suatu masalah dan ia dapat mengisolasi
untuk sampai kepada penyelesaian masalah tersebut. Pikirannya sudah dapat
melampaui waktu dan tempat tidak hanya terikat pada hal yang sudah dialami. Contoh:
Seorang anak mengamati topi ayahnya yang berbentuk kerucut. Ia ingin mengetahui
volum dari topi ayahnya tersebut. Lalu ia mengukur topi tersebut dan memperoleh
tinggi kerucut 30 cm dengan jari – jari 21 cm.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar